Bangkrut! Kata yang mengerikan, yang pastinya sebisa mungkin dihindari. Ini adalah salah satu kunci sukses finansial.
Penyebab kebangkrutan ada bermacam-macam. Bila gagal mengidentifikasi penyebab itu, sudah. Siap-siap bergelut dengan masalah keuangan.
Di sini kita akan membicarakan penyebab kebangkrutan, juga cara mengatasinya tentu saja. Tanpa ba-bi-bu lagi, yuk langsung loncat ke bawah:

1. Manajemen utang yang buruk

Punya manajemen dalam urusan utang saja gak cukup jadi kunci sukses finansial. Lebih dari itu, harus ada manajemen utang yang baik.
Beberapa orang mengambil pilihan utang demi kebutuhan. Utang bukanlah pilihan buruk. Berbeda dengan utang tanpa rencana matang untuk melunasinya.
Sebelum berutang, hitung dulu kemampuan finansial kita untuk menentukan seberapa banyak pinjaman yang bisa diambil plus berapa lama jangka waktu pengembaliannya. Umumnya, cicilan utang per bulan tak boleh lebih dari 30% penghasilan.
Misalnya total gaji Rp 10 juta, cicilan yang disarankan adalah Rp 3 juta per bulan. Jika lebih dari itu, ada risiko gagal bayar yang akibatnya adalah kebangkrutan.
Selain itu, mesti ada prioritas pelunasan utang jika ada beberapa. Lunasi yang bunganya paling besar dan tenggatnya mepet Bila ada rezeki nomplok, misalnya ada bonus atau THR, prioritaskan untuk bayar utang dulu ketimbang senang-senang.

2. Gaya hidup konsumtif

kunci sukses
Ngeliat diskon ngiler? Tunggu dulu, bandingkan dulu dengan yang lain. Jangan-jangan diskon ada setelah harga dinaikkan (swa.co.id)
Banyak kebangkrutan yang bermula dari gaya hidup konsumtif tak terkendali. Kala belanja makin mudah di zaman sekarang ini, godaan konsumtif pun makin besar.
Untuk mengatasi godaan itu, kita mesti menanamkan prinsip kebutuhan di atas keinginan. Penuhi dulu segala kebutuhan, baru deh memikirkan keinginan. Ini adalah kunci sukses finansial yang utama.
Misalnya mesti bayar tagihan kartu kredit, tapi ada hape keluaran terbaru. Orang yang bergaya hidup konsumtif pasti pilih menunda pembayaran tagihan, atau setidaknya bayar nominal minimum, lalu ambil kredit hape tersebut.
Ini berbahaya, terutama bila masih punya hape yang bagus. Tanpa sadar, kita sedang menggali kubur sendiri jika mengutamakan keinginan di atas segalanya.

3. Tak memiliki dana darurat

Hidup kadang gak sesuai dengan rencana, termasuk dalam hal keuangan. Karena itulah dana darurat sangat berguna demi mencegah kebangkrutan.
Dana darurat adalah duit yang disisihkan dari penghasilan tiap bulan hingga dirasa cukup sebagai talangan kalau terjadi sesuatu yang butuh duit banyak. Misalnya mendadak kena pemutusan hubungan kerja karena terjadi krisis di perusahaan.
Mungkin ada pesangon, tapi dana darurat tetap dibutuhkan karena gak lagi mendapat gaji tiap bulan. Terlebih masih harus cari-cari pekerjaan lagi.
Secara umum, buat lajang, dana darurat total disarankan sebesar 5-7 kali lipat penghasilan per bulan. Sedangkan buat yang sudah berkeluarga, setidaknya 8 penghasilan per bulan sudah dikumpulkan.

4. Tak memiliki proteksi

kunci sukses
Asuransi itu seperti payung, lebih baik siapin daripada telanjur kehujanan (newjob.es)
Sebelas dua belas dengan dana darurat, proteksi berupa asuransi diperlukan untuk mengatasi ancaman bangkrut. Asuransi sendiri dibedakan menjadi beberapa macam sesuai kegunaannya.
Tinggal kita lihat mana yang paling pas dengan risiko yang kita tanggung. Buat kepala keluarga dengan istri tak bekerja, misalnya, asuransi jiwa bisa dipertimbangkan buat antisipasi jika terjadi hal yang membuatnya tak bisa lagi cari nafkah.
Dana pertanggungan asuransi bisa dimanfaatkan ketika hal itu terjadi. Dari kantor mungkin sudah ada asuransi, tapi biasanya proteksinya terbatas. Untungnya manfaat asuransi swasta bisa dikombinasikan dengan BPJS Kesehatan.

5. Kerja gitu-gitu aja

kunci sukses
Kerja gitu-gitu aja atau mau sukses? Gak bisa milih keduanya (linkedin)
Bangkrut gak selalu berarti jatuhnya seseorang ke lubang utang yang dalam dengan tiba-tiba. Ketika orang kerja gitu-gitu aja alias kariernya gak maju, artinya penghasilannya ya gitu-gitu aja.
Walhasil, kebangkrutan akan menyapa lantaran biaya hidup yang makin tinggi gak selaras dengan gaji yang diterima. Ujung-ujungnya berutang untuk mengakali defisit.
Awalnya mungkin masalah tampak terselesaikan. Padahal bom waktu sedang ditanam dan terus berdetak hingga waktunya meledak. Utang bakal terus berbunga sampai akhirnya kita gak sanggup membayarnya.
Bangkrut terkadang menjadi sebuah pilihan alih-alih keterpaksaan. Bila kita mengusik penyebab kebangkrutan, ya harus terima risikonya.
Namun tentu semua orang gak mau bangkrut dong ya. Makanya, yuk lebih cermat mengelola keuangan agar kebangkrutan jauh dari kita.